Operasi "Lucky Drop": Serangan yang Mengubah Segalanya
Israel menyebut operasi pembunuhan ini sebagai "Lucky Drop" – nama yang ironis mengingat dampak luas yang akan ditimbulkannya. Ahmed al-Rahawi tewas dalam serangan Kamis di Sana'a bersama sejumlah menteri, kata para pemberontak dalam pernyataan. Operasi presisi ini tidak hanya menargetkan satu individu, melainkan seluruh inti kepemimpinan sipil Houthi.
Serangan dilakukan saat para pejabat tinggi Houthi berkumpul di Bayt Baws, Sana'a, untuk menyaksikan pidato televisi pemimpin mereka Abdul-Malik al-Houthi. Intelijen Israel memberikan informasi real-time tentang pertemuan tersebut, memungkinkan serangan presisi meski area tersebut memiliki pertahanan udara yang kuat.
Lebih dari 10 jet tempur terlibat dalam operasi ini, dengan rudal diluncurkan dalam waktu lima menit ke beberapa rumah aman tempat pejabat senior berkumpul. Menteri Pertahanan Israel Katz menyebut serangan ini sebagai "pukulan telak" dan memperingatkan bahwa "ini baru permulaan".
Respons Menggelegar: Deklarasi Perang yang Tidak Terduga
Mahdi al-Mashat, kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi, berkata dalam pernyataan video, "Kami berjanji kepada Tuhan, kepada rakyat Yaman yang terkasih" bahwa mereka akan membalas dendam dan mengubah penderitaan mereka menjadi kemenangan.
Respons eskalasi secara signifikan dengan pernyataan dari pejabat senior Houthi yang secara efektif menyatakan perang skala penuh. Dalam pidato yang disiarkan di Al-Masirah TV, pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi bersumpah untuk melanjutkan "penargetan Israel dengan rudal dan drone" dan berjanji untuk meningkatkan serangan-serangan ini.
Dhaifallah al-Shami, anggota Biro Politik Ansarullah, mengumumkan: "Kami memiliki kejutan nyata yang tidak bisa diharapkan oleh kawan maupun lawan, dan gudang militer kami mengandung kemampuan besar". Gerakan Ansarullah memperingatkan akan "kejutan nyata" bagi Israel, menjanjikan serangan yang meningkat melalui darat dan laut.
Tabel: Timeline Eskalasi Konflik Israel-Houthi
Tanggal | Peristiwa | Dampak |
---|---|---|
28 Agustus 2025 | Serangan udara Israel membunuh PM al-Rahawi | 12+ pejabat tinggi tewas |
30 Agustus 2025 | Houthi mengkonfirmasi kematian PM | Janji pembalasan diumumkan |
31 Agustus 2025 | Houthi serang kapal tanker Israel | Eskalasi operasi militer |
1 September 2025 | Penangkapan staf PBB di Sana'a | Kecurigaan kolaborasi dengan Israel |
Rencana | Pemakaman massal para martir | Mobilisasi publik besar-besaran |
Aksi Militer Langsung: Dari Kata ke Perbuatan
Deklarasi perang Houthi diikuti dengan aksi militer langsung. Dalam hitungan hari setelah pembunuhan tersebut, mereka meluncurkan rudal balistik yang menargetkan kapal tanker minyak milik Israel, Scarlet Ray, di Laut Merah. Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengklaim serangan tersebut menghasilkan "tembakan langsung" pada kapal.
Penjabat Perdana Menteri Mohammed Ahmed Muftah, yang menggantikan al-Rahawi, menyatakan dalam upacara pemakaman: "Kami memasuki perang besar dan berpengaruh serta bentrok dengan AS. Perang ini tidak hanya berfokus pada militer tetapi juga ekonomi karena Israel menargetkan segalanya". Dia menekankan kesiapan kelompok untuk melanjutkan operasi meski ada serangan Israel.
Mobilisasi Massa: Kemarahan Rakyat yang Membara
Pembunuhan tersebut memicu demonstrasi publik besar-besaran di Sana'a, dengan ribuan orang menghadiri upacara pemakaman para pejabat yang terbunuh. Pemakaman di Lapangan al-Sabeen dan Masjid Al-Shaab menyaksikan kerumunan yang menyerukan slogan Houthi: "Tuhan Maha Besar, Mati Amerika, Mati Israel".
Pemimpin Houthi Yemen, Abdel-Malik al-Houthi, telah mengecam Israel dan memberikan sinyal perlawanan, memuji para pemimpin pemerintah yang dibunuh sebagai "martir seluruh Yaman". Respons publik menunjukkan baik syok maupun perlawanan di antara orang-orang Yaman. Sementara beberapa mengekspresikan kesedihan atas kehilangan kepemimpinan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang lain menunjukkan dukungan tanpa kompromi untuk melanjutkan perlawanan terhadap Israel.
Mobilisasi massal menunjukkan bahwa pembunuhan tersebut mungkin telah memperkuat daripada melemahkan tekad Houthi. Sebuah paradoks yang mungkin tidak diperhitungkan oleh perencana strategi Israel.
Tindakan Keamanan Internal: Perburuan Kolaborator
Setelah serangan, otoritas Houthi meluncurkan penangkapan luas terhadap tersangka kolaborator. Sumber keamanan Yaman melaporkan bahwa puluhan orang ditangkap di Sana'a dan daerah lain "atas kecurigaan berkolaborasi dengan Israel". Kelompok tersebut juga menggerebek kantor PBB di Sana'a dan menahan setidaknya 11 anggota staf, menunjukkan kekhawatiran keamanan yang meningkat tentang potensi kebocoran intelijen.
Al-Rahawi tewas bersama pejabat Houthi lainnya dalam serangan di Sana'a pada hari Kamis, kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi mengkonfirmasi, bersumpah membalas dendam atas serangan tersebut.
Tujuan Strategis Israel: Lebih dari Sekadar Eliminasi
Operasi Israel mencerminkan pergeseran signifikan dari penargetan infrastruktur ke eliminasi langsung kepemimpinan Houthi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan: "Ini baru permulaan kampanye yang menargetkan pejabat senior di Sana'a. Kami akan menjangkau mereka semua". Serangan bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan: mendegradasi struktur komando Houthi, mencegah serangan masa depan, dan menunjukkan kemampuan intelijen dan serangan Israel.
Menteri Pertahanan Katz menekankan pesan strategis yang lebih luas: "Siapa pun yang mengangkat tangan melawan Israel, tangan itu akan diputus". Pejabat Israel memperkirakan serangan tersebut mengeliminasi seluruh inti kepemimpinan sipil pemerintah Houthi.
Implikasi Regional: Konflik dalam Konteks Gaza
Eskalasi terjadi dalam konteks yang lebih luas dari konflik Gaza, di mana Houthi telah memposisikan diri sebagai pembela hak-hak Palestina. Sejak Oktober 2023, mereka telah meluncurkan lebih dari 520 serangan yang menargetkan kepentingan Israel dan pelayaran internasional di Laut Merah. Pembunuhan dan deklarasi perang selanjutnya mewakili eskalasi signifikan dalam konflik regional ini.
Timing sangat signifikan karena datang setelah gencatan senjata Mei 2025 antara AS dan Houthi yang secara khusus mengecualikan Israel. Houthi telah menekankan bahwa kesepakatan mereka dengan AS "tidak berlaku dalam bentuk apapun" untuk Israel, membuka pintu untuk konfrontasi berkelanjutan.
Kemampuan Militer dan Ancaman: Arsenal yang Masih Utuh
Meski kehilangan kepemimpinan, kemampuan militer Houthi sebagian besar tetap utuh. Operasi angkatan laut mereka berlanjut di Laut Merah, dan mereka telah menunjukkan kemampuan untuk menyerang jauh ke dalam Israel dengan rudal hipersonik dan drone. Serangan terbaru telah berhasil mengenai wilayah Israel, termasuk serangan dekat Bandara Ben Gurion yang memaksa pembatalan penerbangan.
Deklarasi kelompok tentang "kejutan nyata" menunjukkan mereka mungkin bersiap untuk mengungkapkan sistem senjata atau taktik baru. Ancaman mereka untuk "merampas tidur orang-orang Zionis" menunjukkan rencana untuk serangan yang berkelanjutan, berpotensi lebih canggih.
Kemampuan rudal jarak jauh dan teknologi drone yang canggih membuat Houthi menjadi ancaman asimetris yang serius bagi Israel. Serangan terhadap infrastruktur energi Israel dan target ekonomi dapat memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap ekonomi Israel.
Analisis Strategis: Apakah Israel Salah Perhitungan?
Strategi "penggal kepala" Israel tampaknya telah memicu eskalasi yang tidak terduga daripada mencapai pencegahan. Pembunuhan Perdana Menteri al-Rahawi telah secara fundamental mengubah konflik Israel-Yaman dari konfrontasi proksi regional menjadi apa yang sekarang dicirikan Houthi sebagai perang skala penuh.
Daripada mencapai pencegahan, strategi dekapitasi Israel tampaknya telah memancing ancaman eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memobilisasi dukungan Yaman yang lebih luas untuk tujuan Houthi. Sebuah kalkulasi yang mungkin keliru dari pihak perencana militer Israel.
Prospek Masa Depan: Konflik yang Berkepanjangan
Konflik sekarang memasuki fase baru di mana kedua belah pihak telah menunjukkan kapasitas dan kesediaan mereka untuk menargetkan aset bernilai tinggi. Dengan Houthi menjanjikan "kejutan nyata" dan Israel bersumpah untuk mengeliminasi kepemimpinan yang tersisa, kawasan menghadapi prospek perang yang berkelanjutan dan meningkat yang dapat lebih destabilisasi Timur Tengah yang sudah bergolak.
Pertanyaan kritis sekarang adalah: akankah komunitas internasional dapat mencegah spiral konflik ini, atau akankah kita menyaksikan munculnya front baru dalam konflik regional yang lebih luas? Satu hal yang pasti – pembunuhan Ahmed Ghaleb al-Rahawi telah membuka kotak Pandora yang mungkin sulit ditutup.
Masa depan Laut Merah, jalur perdagangan vital dunia, sekarang tergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk menahan diri dari eskalasi lebih lanjut. Namun dengan janji balas dendam yang menggelegar dari Sana'a dan ancaman eliminasi berkelanjutan dari Tel Aviv, jalan menuju de-eskalasi tampak semakin sempit.
Komentar
Posting Komentar