Dunia Timur Tengah kembali bergelora. Sebuah serangan udara Israel yang menewaskan Perdana Menteri Houthi Ahmed Ghaleb al-Rahawi pada 28 Agustus 2025 telah memicu gelombang kemarahan yang mengubah lanskap konflik regional. Bukan sekadar pembalasan, melainkan deklarasi perang total yang mengancam stabilitas Laut Merah dan sekitarnya. Operasi "Lucky Drop": Serangan yang Mengubah Segalanya Israel menyebut operasi pembunuhan ini sebagai "Lucky Drop" – nama yang ironis mengingat dampak luas yang akan ditimbulkannya. Ahmed al-Rahawi tewas dalam serangan Kamis di Sana'a bersama sejumlah menteri, kata para pemberontak dalam pernyataan. Operasi presisi ini tidak hanya menargetkan satu individu, melainkan seluruh inti kepemimpinan sipil Houthi. Serangan dilakukan saat para pejabat tinggi Houthi berkumpul di Bayt Baws, Sana'a, untuk menyaksikan pidato televisi pemimpin mereka Abdul-Malik al-Houthi. Intelijen Israel memberikan informasi real-time tentang pertemuan t...
Dalam sebuah pernyataan yang mencerminkan sikap tegas dan penuh percaya diri, pemimpin Ukraina menyampaikan pandangan pragmatisnya terkait hubungan dengan pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Dengan nada yang lugas namun tetap hormat, ia menegaskan bahwa meskipun ada hinaan verbal dari mantan Presiden Trump, dia tidak akan mengambilnya secara pribadi. “Saya tidak akan menyebut kata-kata itu sebagai pujian,” ujarnya merujuk pada komentar pedas Trump. “Namun, untuk apa marah? Jika seseorang memanggil saya 'diktator,' biarlah. Saya melihat ini sebagai bagian dari dinamika politik global. Tapi satu hal yang pasti: saya tidak akan pernah menerima angka utang sebesar $500 miliar, apalagi $100 miliar.” Pernyataan ini menjadi sorotan karena sikapnya yang jelas menolak untuk mengakui hibah internasional sebagai bentuk utang. Ia menjelaskan bahwa meskipun situasi memaksa negara untuk menerima dukungan finansial, hal tersebut tidak berarti harus diterima be...