Langsung ke konten utama

Pertemuan Tarif Dagang AS-China di Geneva 2025: Langkah Menuju De-eskalasi?

Pada tanggal 10 Mei 2025, pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) dan China bertemu di Geneva, Swiss, untuk membahas isu tarif dagang yang telah menjadi sumber ketegangan antara kedua negara super ekonomi ini. Pertemuan ini, yang melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer dari pihak AS, serta Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dari pihak China, diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju de-eskalasi dalam perang dagang yang telah berlangsung lama. Bagi pembaca Indonesia, yang bergantung pada perdagangan global, hasil dari pertemuan ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi regional.

Latar Belakang Perang Dagang AS-China

Perang dagang antara AS dan China dimulai pada tahun 2018 ketika Presiden Donald Trump menerapkan tarif atas barang-barang impor dari China, dengan alasan untuk mengatasi defisit perdagangan dan praktik perdagangan yang dianggap tidak adil. Sejak itu, tarif-tarif ini telah ditingkatkan secara signifikan. Saat ini, AS menerapkan tarif sebesar 145% atas barang-barang dari China (NPR), sementara China membalas dengan tarif 125% atas barang-barang dari AS (NPR). Tarif-tarif ini telah menyebabkan gangguan rantai pasok global, meningkatkan harga barang, dan memengaruhi ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.

Perang dagang ini telah membebani kedua belah pihak. Di China, sektor manufaktur merasakan tekanan besar, dengan banyak analis menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 2025. Bank investasi Nomura bahkan memperingatkan bahwa perang dagang ini dapat menyebabkan hilangnya hingga 16 juta pekerjaan di China (Reuters). Di AS, tarif tinggi telah memicu kekhawatiran tentang inflasi dan potensi resesi, dengan banyak ekonom memprediksi dampak negatif pada ekonomi AS (CNN Business).

Detail Pertemuan di Geneva

Pertemuan di Geneva dijadwalkan dimulai pada hari Sabtu, 10 Mei 2025. Menurut sumber dari China, pertemuan ini adalah atas permintaan administrasi Trump, meskipun Presiden Trump membantah klaim ini, mengatakan bahwa China yang seharusnya memeriksa kembali catatan mereka (CNBC). Perwakilan AS yang hadir adalah Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer, sedangkan dari China diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, yang merupakan pejabat tinggi untuk urusan ekonomi dan perdagangan antara China dan AS.

Pertemuan ini disebut-sebut sebagai "pembicaraan pembuka es" (icebreaker talks), yang berarti tujuannya adalah untuk mencairkan suasana dan membuka jalan bagi negosiasi yang lebih mendalam di masa mendatang. Namun, tidak diharapkan akan ada kesepakatan komprehensif yang dicapai dalam pertemuan ini. Penting untuk dicatat bahwa Peter Navarro, penasihat perdagangan Trump yang dikenal hawkish terhadap China, tidak akan menghadiri pembicaraan ini, yang mungkin menunjukkan pendekatan yang lebih moderat dari pihak AS.

Detail Pertemuan

Informasi

Lokasi dan Tanggal

Geneva, Swiss, 10 Mei 2025

Perwakilan AS

Scott Bessent (Menteri Keuangan), Jamieson Greer (Perwakilan Perdagangan)

Perwakilan China

He Lifeng (Wakil Perdana Menteri)

Inisiator

Menurut China: Permintaan AS; Trump membantah

Tujuan

Meredakan ketegangan perang dagang, membuka dialog

Sikap China

China telah menyatakan penentangan yang tegas terhadap kenaikan tarif oleh AS dan bersedia untuk berdialog berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan manfaat bersama (CNBC). Namun, China juga menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan dan tidak akan mengorbankan prinsip-prinsip mereka. Dalam pernyataan resmi, China menyatakan bahwa pintu untuk negosiasi tetap terbuka, tetapi mereka tidak akan menerima kesepakatan yang merugikan mereka (New York Times).

China juga telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi ekonominya dari dampak tarif, termasuk memotong suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke sistem perbankan (CNBC). Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa China sedang berusaha untuk mengurangi tekanan ekonomi sambil tetap mempertahankan posisi negosiasi yang kuat.

Perspektif Trump

Presiden Trump, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa AS tidak lagi kehilangan uang seperti sebelumnya, menunjukkan bahwa tarif-tarif yang diberlakukan telah memberikan keuntungan bagi AS. Ia juga menyatakan ketidakpastian tentang hasil pertemuan, mengatakan, "Kita akan lihat... kita kehilangan satu triliun dolar setiap tahun, sekarang kita tidak kehilangan apa-apa, Anda tahu?" Trump juga menyarankan bahwa tarif sebesar 80% terhadap China "terasa tepat," meskipun ia tidak memberikan kejelasan lebih lanjut tentang apa yang diharapkannya dari pertemuan ini (Bloomberg).

Scott Bessent, dalam penampilannya di Fox News, menyatakan bahwa tarif saat ini tidak berkelanjutan dan setara dengan embargo, menunjukkan bahwa AS mungkin bersedia untuk mengurangi tarif jika China menunjukkan fleksibilitas (Fox News). Bessent juga menegaskan bahwa AS tidak ingin "memisahkan diri" dari China, tetapi mencari perdagangan yang adil.

Hasil yang Kemungkinan Terjadi dan Implikasinya

Pertemuan ini diharapkan dapat membuka jalan bagi de-eskalasi, dengan kemungkinan AS menghapus tarif-tarif timbal balik yang tinggi tetapi menjaga tarif 20% atas barang-barang dari China (NPR). Namun, ada juga kemungkinan bahwa pertemuan ini tidak akan menghasilkan kesepakatan komprehensif, dan perang dagang mungkin berlanjut. Ahli seperti Alicia Garcia-Herrero memprediksi bahwa kesepakatan perdagangan cepat mungkin tercapai, tetapi akan diumumkan sebagai hal kecil karena pandangan konstituen.

Bagi Indonesia, sebagai negara yang bergantung pada perdagangan dengan kedua negara ini, hasil dari pertemuan ini sangat penting. Stabilisasi hubungan perdagangan antara AS dan China dapat menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik secara global, yang pada akhirnya akan menguntungkan ekonomi Indonesia. Sebaliknya, eskalasi lebih lanjut dapat meningkatkan harga barang dan mengganggu rantai pasok, yang berdampak pada konsumen dan bisnis Indonesia. Selain itu, sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa ketegangan antara AS dan China tidak merugikan stabilitas regional.

Hasil yang Mungkin

Implikasi bagi Indonesia

De-eskalasi (tarif dikurangi)

Lingkungan bisnis global lebih stabil, mendukung ekspor dan impor Indonesia

Tidak ada kesepakatan

Ketidakpastian perdagangan berlanjut, potensi kenaikan harga barang

Eskalasi lebih lanjut

Gangguan rantai pasok, dampak negatif pada ekonomi Indonesia

Kesimpulan

Pertemuan di Geneva antara petinggi AS dan China adalah langkah penting dalam upaya menyelesaikan perang dagang yang telah berlangsung lama. Meskipun hasilnya masih tidak pasti, pertemuan ini menunjukkan bahwa kedua negara sedang berusaha untuk menemukan jalan keluar yang saling menguntungkan. Bagi Indonesia, penting untuk memantau perkembangan ini, karena stabilitas hubungan perdagangan global akan berpengaruh pada perekonomian nasional. Dengan harapan bahwa pertemuan ini dapat menjadi awal dari normalisasi hubungan perdagangan antara dua negara super ekonomi ini, kita menantikan hasil yang positif untuk masa depan ekonomi global.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tabrakan Kereta Api di Yunani Tewaskan 26 dan Lukai 85 Orang

Sebuah kereta penumpang dan kereta barang yang melaju terlibat dalam tabrakan dahsyat di Yunani utara pada Rabu pagi. Tabrakan tersebut mengakibatkan 26 korban jiwa dan 85 luka-luka, menurut pejabat Dinas Pemadam Kebakaran. Beberapa mobil tergelincir dan setidaknya tiga terbakar setelah tabrakan di dekat Tempe. Petugas rumah sakit di Larissa melaporkan bahwa sedikitnya 25 orang mengalami luka serius. Tim penyelamat yang memakai lampu kepala bekerja di tengah asap tebal untuk menarik potongan logam yang hancur dari gerbong rel untuk mencari orang yang terjebak. Penumpang yang mengalami luka ringan atau tidak terluka diangkut dengan bus ke Thessaloniki. Tabrakan itu digambarkan sebagai "sangat kuat" dan "malam yang mengerikan" oleh Costas Agorastos, gubernur wilayah Thessaly. Operator kereta melaporkan bahwa kereta penumpang tujuan utara dari Athena ke Thessaloniki memiliki sekitar 350 penumpang saat tabrakan terjadi.

Kebocoran Lab 'Kemungkinan Besar' Asal-Usul COVID, Menurut Laporan

Asal-usul COVID-19 masih belum bisa diketahui dengan pasti, tetapi Departemen Energi AS dilaporkan yakin bahwa virus tersebut kemungkinan besar merupakan hasil dari kebocoran laboratorium di China. Menurut The Wall Street Journal, penilaian tersebut dibuat dengan "keyakinan rendah" dan belum dikonfirmasi oleh pemerintah AS. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan bahwa "saat ini belum ada jawaban pasti" dari komunitas intelijen tentang asal usul virus. Empat elemen komunitas intelijen AS mengatakan pada tahun 2021 bahwa mereka memiliki "keyakinan rendah" COVID-19 awalnya menyebar dari hewan ke manusia, sementara satu elemen menilai dengan "keyakinan sedang" bahwa infeksi manusia pertama adalah hasil dari " insiden terkait laboratorium, mungkin melibatkan eksperimen, penanganan hewan, atau pengambilan sampel oleh Institut Virologi Wuhan." Organisasi Kesehatan Dunia semakin menerima kemungkinan bahwa virus t...

Kepala Polisi Stockholm Ditemukan Tewas Setelah Ada yang Laporan yang Mengkritiknya

Seorang perwira polisi senior Swedia ditemukan tewas di rumahnya, beberapa jam setelah rilis laporan internal yang menemukan konflik kepentingan terkait keputusan yang dia buat tentang mantan karyawan yang memiliki hubungan dengannya, kata polisi. Mats Löfving, kepala polisi di wilayah Stockholm, ditemukan tewas di rumahnya di kota Norrkoping, kata polisi. Dia berusia 61 tahun. Penyebab kematian belum jelas dan polisi melakukan penyelidikan sebagai prosedur standar. Perilaku Löfving sedang ditinjau baik oleh audit internal maupun investigasi kriminal, dalam kasus yang mengguncang kepemimpinan polisi Swedia dan menjadi berita utama di seluruh negara Skandinavia. Penyelidikan berfokus pada hubungannya dengan seorang karyawan wanita saat dia menjadi kepala Departemen Operasi Nasional kepolisian. Investigasi internal pada Rabu menemukan adanya konflik kepentingan saat Löfving membuat keputusan terkait gaji dan posisi karyawan. Penyelidik mengatakan bahwa keputusan tersebut menimbulkan...