Jakarta, Indonesia - Konflik berkepanjangan di Ukraina kembali memanas dengan munculnya tuduhan keterlibatan warga negara Tiongkok dalam perang tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan bahwa setidaknya 155 warga Tiongkok sedang bertempur untuk Rusia di Ukraina.
Zelenskyy bahkan menuding Rusia "menyeret" Tiongkok ke dalam perang dan menuduh Beijing mengetahui adanya perekrutan warganya oleh tentara Moskow.
Tuduhan ini langsung dibantah keras oleh Beijing. Pemerintah Tiongkok menyebut klaim Ukraina tersebut "sama sekali tidak berdasar"
Meskipun Tiongkok membantah keterlibatan resmi militernya, sebuah media Prancis, Le Monde, dilaporkan mengidentifikasi akun media sosial dari 40 warga Tiongkok yang mengaku telah bergabung dengan pasukan Rusia.
Klaim berulang Presiden Zelenskyy dan laporan penangkapan individu-individu Tiongkok mengindikasikan potensi perubahan dalam sifat keterlibatan asing dalam perang Ukraina. Meskipun secara resmi netral, dugaan kehadiran sejumlah besar pejuang Tiongkok menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana dukungan tidak resmi yang mungkin diterima Rusia. Bantahan keras Tiongkok konsisten dengan posisi resminya. Namun, perbedaan antara klaim Ukraina dan bantahan Tiongkok menyoroti aspek perang informasi dari konflik tersebut dan kesulitan dalam memverifikasi informasi sensitif semacam itu. Dugaan keterlibatan warga negara Tiongkok, bahkan jika sebagai tentara bayaran, dapat memiliki dampak diplomatik yang signifikan, berpotensi memperburuk hubungan antara Ukraina dan Tiongkok, dan semakin memperumit lanskap geopolitik yang sudah kompleks yang melibatkan Rusia, Ukraina, Tiongkok, dan Barat. Fakta bahwa Rusia telah mengundang PM Modi untuk Parade Hari Kemenangan sementara secara bersamaan menghadapi tuduhan keterlibatan Tiongkok menggarisbawahi jalinan rumit hubungan internasional dan berbagai aliansi serta kepentingan yang berperan di kawasan tersebut.
Komentar
Posting Komentar