Dunia kesehatan global kembali menghadapi ancaman serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan kritis mengenai wabah Virus Marburg—penyakit mematikan yang dikenal dengan julukan "penyakit mata berdarah"—yang telah merenggut nyawa delapan orang di wilayah Kagera, Tanzania. Penyakit yang mengerikan ini bukan sekadar ancaman regional. Dengan tingkat kematian yang mencapai 100% pada wabah terbaru, virus Marburg menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan manusia terhadap patogen yang belum memiliki vaksin atau pengobatan spesifik. Wabah Terbaru di Tanzania: Ketika Realitas Melebihi Skenario Terburuk Pada Januari 2025, Tanzania mengkonfirmasi wabah kedua virus Marburg di wilayah Kagera, khususnya di distrik Biharamulo dan Muleba. Presiden Samia Suluhu Hassan secara resmi menyatakan wabah pada 20 Januari 2025 , setelah kasus pertama teridentifikasi sepuluh hari sebelumnya. Yang paling mengerikan? Delapan dari sepuluh korban meninggal sebelum wabah bahkan d...
Para peneliti mengumumkan bahwa seorang pria berusia 53 tahun di Jerman telah sembuh dari HIV.
Disebut sebagai "pasien Dusseldorf" untuk melindungi privasinya, para peneliti mengatakan bahwa ini adalah kasus penyembuhan HIV kelima yang dikonfirmasi. Meskipun rincian pengobatannya yang sukses pertama kali diumumkan pada sebuah konferensi pada tahun 2019, para peneliti tidak dapat memastikan bahwa dia telah sembuh secara resmi pada saat itu.
Hari ini, para peneliti mengumumkan bahwa pasien Dusseldorf masih tidak memiliki virus yang dapat dideteksi di dalam tubuhnya, bahkan setelah menghentikan pengobatan HIV-nya empat tahun lalu.
"Ini benar-benar menyembuhkan, dan bukan hanya, Anda tahu, remisi jangka panjang," kata Dr. Bjorn-Erik Ole Jensen, yang mempresentasikan rincian kasus tersebut dalam publikasi baru di "Nature Medicine."
"Sinyal yang jelas positif ini memberikan harapan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Jensen
Bagi kebanyakan orang, HIV adalah infeksi seumur hidup, dan virus tidak pernah bisa sepenuhnya dihilangkan. Berkat pengobatan modern, orang dengan HIV dapat hidup lama dan sehat.
Pasien Dusseldorf bergabung dengan sekelompok kecil orang yang telah disembuhkan dalam keadaan ekstrim setelah transplantasi sel punca (stem sel), biasanya hanya dilakukan pada pasien kanker yang tidak memiliki pilihan lain. Transplantasi sel punca adalah prosedur berisiko tinggi yang secara efektif menggantikan sistem kekebalan tubuh seseorang. Tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan kanker seseorang, tetapi prosedur ini juga menghasilkan penyembuhan HIV dalam beberapa kasus.
HIV, atau human immunodeficiency virus, masuk dan menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Tanpa pengobatan, kerusakan yang berkelanjutan dapat menyebabkan AIDS, atau sindrom imunodefisiensi, di mana seseorang tidak dapat melawan infeksi kecil sekalipun.
Dengan sekitar 38,4 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV, pengobatan telah berjalan baik. Pengobatan modern dapat mencegah virus untuk berkembang terus, dan penelitian untuk mencegah infeksi HIV dengan vaksin juga sedang terus dikembangkan.
Orang pertama yang sembuh dari HIV adalah Timothy Ray Brown. Peneliti menerbitkan kasusnya sebagai pasien Berlin pada 2009. Kemudian diikuti oleh pasien London yang diterbitkan pada 2019. Baru-baru ini, pasien The City of Hope dan New York diterbitkan pada 2022.
“Saya pikir kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari pasien ini dan dari kasus penyembuhan HIV serupa ini," kata Jensen. "Wawasan ini memberi kita beberapa petunjuk ke mana kita bisa pergi untuk membuat prosedur yang lebih aman."
Keempat pasien ini telah menjalani transplantasi sel punca untuk pengobatan kanker darah mereka. Donor mereka juga memiliki mutasi kebal HIV yang menghapus protein yang disebut CCR5, yang biasanya digunakan HIV untuk masuk ke dalam sel. Hanya 1% dari total populasi membawa mutasi genetik yang membuat mereka kebal terhadap HIV.
“Ketika Anda mendengar tentang penyembuhan HIV ini, pasti ini sangat luar biasa, mengingat betapa sulitnya hal itu. Tapi ini merupakan pengecualian," kata Dr. Todd Ellerin, direktur penyakit menular di South Shore Health.
Transplantasi sel punca adalah prosedur rumit yang memiliki banyak risiko, dan terlalu berisiko untuk menawarkannya sebagai obat untuk semua orang dengan HIV.
Namun, para ilmuwan berharap. Setiap kali mereka menyembuhkan pasien baru, mereka memperoleh wawasan penelitian berharga yang membantu mereka memahami apa yang diperlukan untuk menemukan obat bagi semua orang.
“Ini jelas merupakan langkah maju dalam memajukan ilmu pengetahuan dan membuat kita memahami, dalam beberapa hal, apa yang diperlukan untuk menyembuhkan HIV,” kata Ellerin.
Komentar
Posting Komentar