Situasi Terkini Mpox di Indonesia
Sejak pertama kali dilaporkan pada 20 Agustus 2022, Indonesia telah mencatat sebanyak 88 kasus konfirmasi mpox yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau. Kabar baiknya, hingga saat ini seluruh kasus konfirmasi sudah dinyatakan sembuh.
Data hingga minggu ketiga Tahun 2025 menunjukkan 188 kasus dengan 3 kematian, dengan kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat. Namun angka ini berbeda dengan data resmi Kementerian Kesehatan yang mencatat 88 kasus konfirmasi, menunjukkan perlunya ketelitian dalam pelaporan dan pemantauan kasus.
Yang mengkhawatirkan, kasus mpox clade 1b sejak tahun 2024 hingga Februari 2025 telah dilaporkan pada 23 negara di dunia dengan sebaran terbanyak di RD Kongo, Burundi, dan Uganda. Varian ini diketahui lebih berbahaya dibandingkan clade IIb yang sempat mewabah pada 2022.
Mengenal Mpox: Dari Virus Hingga Gejalanya
Mpox adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh monkeypox virus (MPXV), anggota keluarga Orthopoxvirus yang sama dengan virus cacar. Virus ini pertama kali ditemukan pada 1958 di monyet laboratorium, namun penelitian menunjukkan bahwa hewan pengerat seperti tupai tali Afrika, tikus raksasa, dan berbagai spesies hewan pengerat lainnya merupakan reservoir alami utama virus ini.
Masa inkubasi mpox—waktu antara paparan virus hingga munculnya gejala—berkisar antara 3 hingga 21 hari, dengan rata-rata 7-10 hari. Selama periode ini, seseorang belum menularkan virus. Namun begitu gejala muncul, penderita menjadi menular dan tetap demikian hingga semua koreng terkelupas dan lapisan kulit baru terbentuk di bawahnya. Masa sakit biasanya berlangsung 2-4 minggu.
Gejala mpox yang biasanya timbul adalah ruam, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, lemah, letih, lesu, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Yang menjadi ciri khas mpox adalah pembengkakan kelenjar getah bening—fitur yang membedakannya dari cacar air biasa.
Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng dan rontok. Jumlah lesi bisa bervariasi, dari hanya beberapa hingga ratusan. Ruam dapat muncul di wajah, telapak tangan, kaki, mulut, alat kelamin, dan bahkan mata.
Cara Penularan yang Perlu Diwaspadai
Penularan mpox terjadi melalui berbagai cara yang perlu dipahami masyarakat. Pertama, melalui kontak orang-ke-orang yang meliputi kontak kulit-ke-kulit seperti sentuhan atau aktivitas seksual, kontak mulut-ke-mulut atau mulut-ke-kulit seperti ciuman, dan paparan wajah-ke-wajah dengan partikel pernapasan.
Wabah 2022 menyoroti penularan seksual sebagai mode penyebaran utama, terutama mempengaruhi kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Berdasarkan laporan WHO per 30 Juni 2024, sekitar 85,8% kasus terjadi pada kelompok laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, dan sekitar 83,8% kasus tertular melalui hubungan seksual.
Kedua, melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian, seprai, handuk, atau jarum. Fasilitas kesehatan dan salon tato telah diidentifikasi sebagai lokasi potensial penularan.
Ketiga, penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan, cakaran, atau selama aktivitas seperti berburu, menguliti, menjebak, atau menangani hewan yang terinfeksi. Keempat, virus dapat menular dari ibu ke janin selama kehamilan atau ke bayi baru lahir selama dan setelah kelahiran, berpotensi menyebabkan keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, atau infeksi neonatal.
Kelompok Berisiko Tinggi
Meskipun kebanyakan orang mengalami sakit ringan hingga sedang dan pulih tanpa pengobatan khusus, beberapa kelompok berisiko tinggi mengalami penyakit berat dan komplikasi. Kelompok ini termasuk anak-anak terutama di bawah 8 tahun, ibu hamil, orang dengan sistem kekebalan lemah termasuk penderita HIV dengan CD4 di bawah 200 sel/mm³, individu dengan riwayat dermatitis atopik atau eksim, serta orang dengan kondisi atau pengobatan yang menekan sistem kekebalan.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit yang menyebabkan abses atau kerusakan kulit serius, pneumonia, infeksi kornea dengan potensi kehilangan penglihatan, dehidrasi dan malnutrisi dari muntah, diare, atau luka mulut yang nyeri, sepsis, ensefalitis, miokarditis, proktitis, uretritis dan kesulitan buang air kecil, hingga kematian meskipun jarang terjadi.
Diagnosis dan Pengobatan
Mpox didiagnosis menggunakan tes polymerase chain reaction (PCR) real-time yang mendeteksi DNA orthopoxvirus, termasuk virus monkeypox. Tes tersedia melalui departemen kesehatan lokal, negara bagian, teritorial, atau suku serta banyak laboratorium komersial besar. Hasil biasanya tersedia dalam 2-4 hari. Dokter biasanya mengambil dua swab dari setiap lesi untuk pengujian.
Untuk pengobatan, sebagian besar penderita mpox pulih dengan perawatan suportif termasuk kontrol nyeri, hidrasi, dan manajemen gejala. Namun, tiga antiviral telah digunakan untuk pengobatan mpox, meskipun bukti efektivitasnya pada manusia masih terbatas.
Tecovirimat (TPOXX) adalah terapi utama yang dipertimbangkan untuk pasien mpox yang memerlukan lebih dari sekadar perawatan suportif. Obat ini menghambat pembentukan virus eksternal yang diperlukan untuk penularan sel-ke-sel. Namun, uji klinis terbaru menunjukkan bahwa meskipun tecovirimat aman, obat ini tidak secara signifikan mengurangi waktu penyembuhan lesi dibandingkan plasebo.
Brincidofovir (Tembexa) adalah obat yang disetujui FDA untuk cacar yang menghambat replikasi DNA. Obat ini tersedia dari Strategic National Stockpile untuk kasus mpox berat melalui otorisasi penggunaan darurat. Cidofovir adalah antiviral yang tersedia secara komersial dengan mekanisme aksi yang sama dengan brincidofovir.
Perawatan ini biasanya dipertimbangkan untuk individu dengan sistem kekebalan sangat lemah, orang dengan manifestasi berkepanjangan atau mengancam jiwa, mereka dengan infeksi mata, pasien yang menunjukkan perkembangan penyakit meskipun telah diobati, serta individu hamil dan baru melahirkan yang memerlukan perawatan medis.
Vaksin: Perlindungan Terbaik
Dua vaksin tersedia untuk pencegahan mpox. JYNNEOS (juga dikenal sebagai Imvamune atau Imvanex) adalah vaksin utama yang digunakan di Amerika Serikat dan Eropa. Ini adalah vaksin virus vaccinia Ankara (MVA-BN) yang dimodifikasi, hidup, non-replikasi. Vaksin ini disetujui FDA untuk pencegahan cacar dan mpox pada orang dewasa 18 tahun ke atas yang berisiko tinggi.
Vaksin diberikan sebagai seri dua dosis dengan jarak 28 hari (4 minggu). Dapat diberikan secara subkutan (0,5 mL) atau intradermal (0,1 mL) di bawah otorisasi penggunaan darurat. Data historis menunjukkan vaksinasi cacar sekitar 85% efektif melawan mpox. Yang penting, vaksin ini aman untuk individu dengan sistem kekebalan lemah, termasuk mereka dengan HIV.
ACAM2000 adalah vaksin cacar yang disetujui FDA dengan lebih banyak efek samping dan kontraindikasi yang diketahui. Ini adalah vaksin virus vaccinia hidup, replikasi-kompeten dengan persediaan besar tersedia tetapi belum banyak digunakan selama wabah mpox baru-baru ini.
Vaksinasi mpox saat ini masih menjadi pelengkap dalam penanggulangan lainnya seperti karantina dan isolasi, dan diprioritaskan pada petugas kesehatan dan populasi kunci. Sayangnya, ketersediaannya masih terbatas di dunia termasuk Indonesia.
Rekomendasi vaksinasi meliputi vaksinasi pra-paparan untuk orang berisiko tinggi termasuk mereka dengan banyak pasangan seksual, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki di area dengan penularan berkelanjutan, dan personel laboratorium yang menangani virus mpox. Profilaksis pasca-paparan idealnya diberikan dalam 4 hari setelah paparan (hingga 14 hari mungkin masih memberikan manfaat). Kedua dosis memberikan perlindungan terbaik, dan orang yang telah pulih dari mpox tidak memerlukan vaksinasi.
Strategi Pencegahan untuk Masyarakat
Penilaian risiko penyebaran mpox di Indonesia yaitu kemungkinan pertambahan kasus mpox clade II di komunitas HIV dan LSL dalam enam bulan ke depan adalah besar, sedangkan di komunitas umum dinilai kecil.
Untuk mengurangi risiko infeksi mpox, masyarakat perlu menghindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Jangan menyentuh ruam, koreng, atau cairan tubuh seseorang dengan mpox. Hindari berciuman, berpelukan, atau kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Jangan berbagi peralatan makan, piring, seprai, handuk, atau pakaian.
Selama aktivitas seksual atau pertemuan sosial, pertimbangkan untuk sementara mengubah aktivitas yang melibatkan kontak personal dekat jika berisiko. Hindari ruam yang terlihat pada orang lain. Minimalkan kontak kulit-ke-kulit di acara dengan pakaian minimal. Gunakan kondom, meskipun ini mungkin tidak mencegah semua paparan karena ruam dapat terjadi di bagian tubuh lain.
Di daerah endemik, hindari kontak dengan hewan liar yang mungkin membawa virus, terutama hewan pengerat dan primata. Jangan menangani atau mengonsumsi daging hewan liar (bushmeat). Praktikkan penanganan makanan yang aman.
Kenakan masker yang pas saat berkontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Praktikkan kebersihan tangan yang baik. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang terkontaminasi dengan disinfektan terdaftar EPA. Di fasilitas kesehatan, personel kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat saat merawat pasien mpox yang dicurigai atau dikonfirmasi.
Situasi Global yang Mengkhawatirkan
Benua Afrika terus menghadapi beban mpox paling signifikan. Dari Januari 2024 hingga Mei 2025, Afrika melaporkan lebih dari 24.000 kasus terkonfirmasi dan sekitar 1.788 kematian. Republik Demokratik Kongo tetap menjadi episentrum dengan lebih dari 12.000 kasus dilaporkan di awal 2025. Sierra Leone melaporkan 4.294 kasus dengan tren menurun. Uganda melaporkan 5.636 kasus dengan 31 kematian. Burundi melaporkan 1.079 kasus tanpa kematian.
Antara Januari 2024 dan September 2024, lebih dari 29.000 kasus dilaporkan dengan lebih dari 800 kematian (sekitar 3% tingkat fatalitas kasus). 18 negara Afrika melaporkan penularan aktif berkelanjutan. Lebih dari 21.000 kasus terkonfirmasi terjadi hanya dalam beberapa bulan pertama 2025. Varian baru clade Ia dengan mutasi APOBEC3 telah muncul, menimbulkan kekhawatiran tentang peningkatan penularan.
Secara global, pada Mei 2025, 49 negara di semua wilayah WHO melaporkan 6.823 kasus terkonfirmasi dan 16 kematian (rasio fatalitas kasus 0,2%) hanya dalam bulan itu. Antara Januari dan Mei 2025, 75 negara melaporkan 24.672 kasus terkonfirmasi dan 82 kematian.
Wabah global 2022-2023 dari clade IIb menghasilkan 97.281 kasus terkonfirmasi di 118 negara dengan 203 kematian. Kasus telah menurun secara signifikan sejak puncaknya di pertengahan 2022 tetapi terus terdeteksi di seluruh dunia pada tingkat yang relatif rendah.
Pada 14 Agustus 2024, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan epidemi mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional karena lonjakan kasus, terutama varian clade I. Hingga Juni 2025, status darurat ini terus berlanjut.
Pesan untuk Masyarakat Indonesia
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menghimbau kepada warga yang pulang dari perjalanan ke negara endemis atau berinteraksi dengan komunitas berisiko dan merasakan gejala klinis seperti mpox untuk segera ke Puskesmas sesuai tempat tinggalnya.
Mpox adalah penyakit yang dapat dicegah dan sebagian besar kasus bersifat ringan dan sembuh sendiri. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat mobilitas tinggi dan adanya perubahan pola penularan. Dengan memahami cara penularan, mengenali gejala, dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Jika Anda mengalami gejala seperti ruam yang mencurigakan, demam, atau pembengkakan kelenjar getah bening—terutama jika memiliki riwayat perjalanan ke area endemik atau kontak dengan orang yang berisiko—segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini dan isolasi adalah kunci untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Mari kita jaga diri, keluarga, dan masyarakat dari ancaman mpox dengan tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan.

Komentar
Posting Komentar