Sharm el-Sheikh, Mesir - Perundingan penting antara Israel, Hamas, dan mediator internasional resmi dimulai hari ini, Senin (6/10/2025), di kota resor Sharm el-Sheikh, Mesir. Ini menjadi titik balik diplomasi paling signifikan dalam konflik Gaza yang sudah berlangsung hampir dua tahun.Kota Gaza hancur akibat serangan udara Israel 2025
Perundingan kali ini muncul setelah Hamas memberikan respons positif terhadap rencana perdamaian 20 poin Presiden Donald Trump, menciptakan peluang paling menjanjikan untuk kesepakatan gencatan senjata komprehensif sejak perang dimulai pada Oktober 2023.
Mediasi Mesir dan Para Aktor Kunci
Pemerintah Mesir bertindak sebagai fasilitator dalam pembicaraan tidak langsung antara kedua pihak yang bertikai. Kepala delegasi Hamas, Khalil al-Hayya, sudah tiba di Kairo pada Minggu kemarin, sementara kepala negosiator Israel Ron Dermer dijadwalkan berangkat pada hari ini.
Amerika Serikat mengirimkan Utusan Khusus untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan menantu Trump, Jared Kushner, untuk berpartisipasi dalam negosiasi. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut situasi saat ini sebagai "yang paling dekat dengan pembebasan semua sandera."
Perundingan di Mesir ini melibatkan beberapa pihak utama dengan peran strategis masing-masing. Dari sisi Israel, Ron Dermer datang dengan mandat langsung dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berharap sandera bisa dibebaskan selama perayaan Sukkot Yahudi (6-13 Oktober). Sementara Hamas diwakili oleh Khalil al-Hayya yang selamat dari serangan di Doha sebelumnya, menunjukkan keseriusan kelompok militan ini dalam proses perdamaian.
Rencana Perdamaian Trump: 20 Poin untuk Gaza
Proposal perdamaian komprehensif yang menjadi dasar perundingan berpusat pada beberapa komponen kunci yang telah membentuk negosiasi saat ini.
Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera
Rencana ini mengamanatkan penghentian permusuhan segera, dengan semua sandera Israel (baik yang hidup maupun meninggal) harus dikembalikan dalam waktu 72 jam. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 250 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.700 individu yang ditahan sejak 7 Oktober 2023.
Pelucutan Senjata Hamas dan Transfer Pemerintahan
Proposal mengharuskan Hamas melepaskan kendali atas Gaza dan melucuti senjata, mentransfer otoritas kepada komite teknokrat Palestina transisi. Komite ini akan beroperasi di bawah pengawasan internasional, khususnya "Dewan Perdamaian" baru yang diketuai Trump dan melibatkan tokoh seperti mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.
Pasukan Stabilisasi Internasional
Pasukan stabilisasi internasional sementara, yang terdiri dari personel AS, Arab, dan Eropa, akan dikerahkan untuk mengawasi keamanan dan memfasilitasi pelatihan pasukan polisi Palestina untuk stabilitas jangka panjang.
Respons Hamas dan Poin-Poin yang Masih Sensitif
Pada 3 Oktober lalu, Hamas mengumumkan kesediaannya untuk membebaskan semua sandera Israel dan mentransfer administrasi Gaza kepada otoritas teknokrat Palestina. Namun yang menarik, kelompok ini tidak membahas isu kritis pelucutan senjata.
Hamas menyatakan bahwa diskusi mengenai masa depan Gaza dan hak-hak Palestina harus terjadi "dalam kerangka Palestina yang komprehensif" di mana Hamas akan tetap terlibat. Keputusan strategis Hamas untuk terlibat tanpa prasyarat eksplisit telah ditafsirkan sebagai tanda tekanan eksternal dari mediator Qatar, Mesir, dan Turki, sekaligus pengakuan atas berkurangnya daya tawar kelompok setelah hampir dua tahun konflik.
Menurut sumber diplomatik yang dikutip Al Jazeera, pembicaraan teknis untuk implementasi fase pertama akan dimulai dengan partisipasi delegasi Mesir, Qatar, dan AS. Delegasi Hamas dijadwalkan meninggalkan Kairo untuk bergabung dalam diskusi di Sharm el-Sheikh.
Dukungan Regional yang Menguat
Delapan menteri luar negeri dari negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Mesir, Yordania, UEA, Turki, Arab Saudi, Qatar, Indonesia, dan Pakistan, merilis pernyataan bersama pada Minggu kemarin yang menyatakan dukungan terhadap kemajuan gencatan senjata.
Mereka mendukung kesiapan Hamas untuk mentransfer pemerintahan dan menyerukan "inisiasi segera pembicaraan untuk menetapkan mekanisme implementasi proposal". Para menteri menekankan komitmen mereka untuk mengembalikan kehadiran Otoritas Palestina di Gaza, mencapai persatuan antara Gaza dan Tepi Barat, serta menegosiasikan pengaturan keamanan yang mengarah pada penarikan lengkap Israel dari Gaza.
Keterlibatan Indonesia dalam pernyataan bersama ini menunjukkan solidaritas kawasan Asia Tenggara terhadap penyelesaian konflik Palestina-Israel secara damai dan berkeadilan.
Situasi Militer dan Krisis Kemanusiaan yang Berlanjut
Meski momentum diplomatik menguat, serangan udara Israel terus berlanjut di seluruh Gaza. Laporan menunjukkan setidaknya 24-70 warga Palestina tewas selama akhir pekan, bahkan setelah Trump mendesak Israel untuk "segera menghentikan pengeboman."
Juru bicara pemerintah Israel Shosh Bedrosian mengkonfirmasi bahwa meskipun beberapa pengeboman telah berhenti, "tidak ada gencatan senjata yang berlaku saat ini." Netanyahu dikabarkan memiliki kontak reguler dengan Trump dan menekankan komitmen Israel terhadap proses perdamaian sambil tetap menjaga keamanan.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas telah mencapai 67.139 orang, dengan lebih dari 169.000 luka-luka. Lebih dari 90% enclave telah hancur, dengan 38 rumah sakit dan hampir semua sekolah rusak atau hancur total.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dengan kelaparan yang meluas, terutama di bagian utara Gaza di mana pasukan Israel mengintensifkan serangan. Keluarga-keluarga yang mengungsi menuntut jaminan bahwa mereka dapat kembali ke rumah mereka sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.
Tantangan Negosiasi yang Kompleks
Perundingan di Mesir menghadapi beberapa isu kompleks yang memerlukan penyelesaian:
Garis Penarikan Pasukan
Menentukan garis spesifik untuk penarikan militer Israel dari Gaza dan fase penarikan tersebut menjadi salah satu poin paling sensitif. Menurut kerangka Trump, Israel harus menarik diri ke "garis kuning," posisinya pada Agustus 2024, namun detail implementasinya masih diperdebatkan.
Detail Pertukaran Tahanan
Mengidentifikasi tahanan Palestina terkemuka mana yang akan dibebaskan dan menetapkan rasio pertukaran masih menjadi perdebatan. Hamas menuntut pembebasan tokoh-tokoh penting yang dipenjara Israel, sementara Israel ingin memastikan tidak ada ancaman keamanan yang dibebaskan.
Proses Pelucutan Senjata
Mengatasi keengganan Hamas untuk berkomitmen pada pelucutan senjata lengkap, yang dianggap Israel sebagai hal esensial, menjadi batu sandungan utama. Hamas bersikeras bahwa masa depan militer mereka harus diputuskan dalam konteks politik yang lebih luas.
Struktur Pemerintahan
Menyelesaikan komposisi dan otoritas komite teknokrat transisi juga krusial. Pertanyaan tentang siapa yang akan memimpin, bagaimana pengambilan keputusan, dan peran Otoritas Palestina masih memerlukan klarifikasi.
Tekanan Waktu dan Ultimatum Trump
Trump telah menekankan urgensi, memperingatkan Hamas akan "penghancuran total" jika bersikeras mempertahankan kendali di Gaza, sambil juga menyatakan dia mengharapkan fase awal selesai dalam minggu ini. Dalam posting di Truth Social, Trump menulis bahwa "pembicaraan ini sangat sukses dan berlangsung cepat," menambahkan bahwa "tim teknis" akan bertemu lagi pada Senin.
Netanyahu telah menyatakan harapan bahwa sandera dapat dibebaskan selama hari raya Sukkot Yahudi. Tekanan dari pemerintah AS dan ekspektasi publik Israel yang menuntut pembebasan sandera segera membuat Israel memiliki insentif kuat untuk mencapai kesepakatan.
Di sisi lain, Hamas juga menghadapi tekanan dari populasi Gaza yang hancur dan lelah perang, serta dari sponsor regionalnya yang menginginkan stabilitas kembali.
Rencana Rekonstruksi Jangka Panjang
Rencana perdamaian membayangkan upaya rekonstruksi komprehensif untuk Gaza, termasuk pembentukan zona ekonomi dengan tarif berkurang, pembangunan kembali infrastruktur skala besar, dan penciptaan peluang kerja bagi rakyat Palestina.
Gaza International Transitional Authority (GITA) yang diusulkan akan beroperasi dengan anggaran $90 juta pada tahun pertama, meningkat menjadi $164 juta pada tahun ketiga. Rencana ini mencakup pembangunan pelabuhan, bandara, dan infrastruktur vital lainnya yang hancur selama perang.
Namun, pertanyaan signifikan tetap ada tentang timeline untuk keterlibatan kembali Otoritas Palestina dan jalur menuju negara Palestina, dengan Netanyahu secara eksplisit menolak pengakuan negara Palestina dalam rencana saat ini.
Titik Kritis Menuju Perdamaian atau Kehancuran
Perundingan Kairo mewakili persimpangan kritis yang dapat mengarah pada kesepakatan perdamaian paling komprehensif sejak konflik dimulai atau berisiko memperpanjang krisis kemanusiaan jika negosiasi gagal mengatasi perbedaan mendasar antara para pihak.
Analis politik Timur Tengah menyebut ini sebagai kesempatan terbaik dalam dua tahun terakhir, namun skeptisisme tetap tinggi mengingat kegagalan perundingan sebelumnya. Kesuksesan perundingan ini tidak hanya akan mengakhiri penderitaan rakyat Gaza dan membebaskan sandera Israel, tetapi juga dapat membuka jalan bagi penyelesaian konflik Palestina-Israel yang lebih luas.
Dunia internasional menunggu dengan harapan bahwa perundingan di Sharm el-Sheikh ini akan membawa terobosan nyata. Bagi jutaan warga Gaza yang hidup dalam reruntuhan dan keputusasaan, serta bagi keluarga sandera Israel yang menanti kepulangan orang-orang terkasih mereka, perundingan ini bukan hanya soal diplomasi—tetapi harapan untuk hidup normal kembali.
Dalam beberapa hari ke depan, dunia akan melihat apakah rencana perdamaian Trump dapat menjembatani perbedaan yang telah memisahkan kedua pihak selama puluhan tahun, atau apakah ini hanya akan menjadi satu lagi upaya gagal dalam sejarah panjang konflik Timur Tengah yang paling rumit ini.
Komentar
Posting Komentar