![]() |
serangan Israel ke Houthi |
Dalam peta konflik Timur Tengah, tiap titik api tak pernah
berdiri sendiri. Seperti bidak catur yang digerakkan dalam senyap, langkah-langkah
yang terlihat di permukaan seringkali menyembunyikan permainan yang jauh lebih
dalam. Dan baru-baru ini, langkah tragis Israel di Yaman membuka tabir peta
konflik yang lebih luas dan lebih kusut dari yang selama ini diketahui publik.
Sebuah Serangan yang Mengundang Rasa Penasaran
Tanggal 8 Juli 2025, militer Israel resmi melancarkan
serangan udara ke beberapa target Houthi di wilayah Yaman. Langkah ini diklaim
sebagai respons terhadap serangan drone dan rudal yang menghantam pelabuhan
Eilat serta jalur pelayaran Laut Merah yang krusial bagi Tel Aviv. Namun yang
membuat perhatian internasional benar-benar tercuri adalah bukan sekadar
ledakan atau korban—melainkan apa yang ditemukan setelahnya.
Media seperti The
Guardian dan Fox
News melaporkan adanya investigasi mendalam dari pihak intelijen
internasional yang membongkar keterlibatan tak langsung Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mendanai operasi minyak milik kelompok Houthi,
termasuk kapal tanker raksasa berbendera Rusia.
Skandal ini mengangkat kembali satu pertanyaan klasik yang
tak pernah kehilangan relevansi: siapa sebenarnya yang mendanai perang?
Uang PBB, Kapal Rusia, Dan Houthi: Gabungan Tak Masuk
Akal?
Dalam penyelidikan yang dipimpin oleh organisasi pengawas
independen dan didukung data satelit serta dokumen keuangan rahasia, terungkap
bahwa kapal tanker minyak bernama Starlink-10, yang selama ini
dioperasikan diam-diam untuk mendanai milisi Houthi, ternyata memperoleh
subsidi bahan bakar dan logistik dari program PBB.
Laporan lengkap yang dibocorkan oleh pihak intelijen
menyebutkan bahwa dana tersebut masuk melalui skema bantuan kemanusiaan yang
seharusnya digunakan untuk proyek pemulihan lingkungan di Laut Merah. Namun,
program itu ternyata dimanipulasi agar bisa mengcover ongkos operasional kapal
tanker tersebut.
Lebih mencengangkan lagi, kapal tersebut mengangkut minyak
mentah senilai lebih dari 90 juta dolar AS—hasil eksploitasi wilayah yang saat
ini dijaga ketat oleh jaringan milisi Houthi dan sekutu regionalnya.
“Skema ini amat rapi. Ada perusahaan cangkang di Siprus,
kantor penghubung di Uni Emirat Arab, dan perantara Rusia yang memainkan
perannya di belakang layar,” kata analis energi dan geopolitik dari Think
Tank London Energy Research, dalam laporan yang dirilis Reuters.
Tabel: Peta Skandal Tanker Houthi – Siapa Bermain di
Mana?
Entitas |
Peran |
Lokasi Basis |
Keterangan Tambahan |
Houthi Rebel Group |
Operator lapangan minyak ilegal & pengamanan logistik |
Yaman Utara |
Didanai dari pendapatan minyak mentah |
Starlink-10 Tanker |
Transportasi minyak ke pasar gelap |
Laut Merah & Mediterania |
Kapal berkapasitas 300.000 DWT |
Perusahaan Cangkang |
Penampung dana gelap |
Siprus & Malta |
Diatur agar lolos dari sanksi internasional |
UN RED Sea Program |
Saluran dana logistik & subsidi bahan bakar |
Markas PBB, New York |
Dana dialihkan dari program penyelamatan lingkungan |
Rusia (Perantara) |
Pendukung teknis distribusi dan jaringan pemasaran global |
Moskow & Uni Emirat |
Menyediakan kru dan teknologi navigasi kapal |
PBB Bungkam, Dunia Bertanya
Ketika dugaan ini mulai viral di media internasional, juru
bicara PBB memilih untuk tidak memberikan klarifikasi penuh. “Kami
sedang menyelidiki informasi tersebut” menjadi pernyataan resmi pertama.
Sejumlah negara anggota Dewan Keamanan telah mendesak audit
penuh terhadap seluruh program bantuan kemanusiaan PBB di Yaman dalam lima
tahun terakhir. Hal ini termasuk Amerika Serikat dan Inggris, yang menyoroti
potensi penyalahgunaan jutaan dolar dana publik untuk tujuan yang menyimpang
jauh dari mandat awal.
Akankah ini menjadi krisis kredibilitas internasional
terbesar bagi lembaga global itu? Banyak yang yakin jawabannya
mendekati ya.
Mengurai Benang Kusut Geopolitik: Siapa Untung, Siapa
Terjepit?
Dalam permainan ini, tidak ada pihak yang benar-benar
bersih. Ketika minyak mentah menjadi mata uang yang lebih kuat dari dolar dan
lebih ampuh dari senjata otomatis, maka siapapun yang berada dalam pusaran
konflik bisa saja menjadi penjaja, pembeli, bahkan fasilitator.
Israel, yang melancarkan serangan ke Houthi, bukan hanya
ingin menghentikan ancaman rudal dari Yaman. Mereka pun memastikan jalur Laut
Merah tetap aman—terutama bagi kapal tanker yang membawa komoditas menuju
pelabuhan-pelabuhan strategis mereka. Di sisi lain, Iran yang mendukung Houthi terus
memainkan permainan bayangan dengan menyalurkan affiliate funds, senjata, dan strategi
atas nama perimbangan kekuatan di kawasan.
Bahkan Rusia dilaporkan sengaja melepas kapal-kapalnya dari
radar reguler lewat teknik spoofing signal agar tak terdeteksi di rute Laut
Merah hingga ke Laut Mediterania. Mereka tidak bicara soal dukungan langsung ke
Houthi, tapi langkah-langkahnya cukup berbicara.
Dunia Tidak Lagi Hitam Putih
Yang terjadi bukan hanya tentang perang. Ini perkara ekonomi
gelap, manipulasi lembaga internasional, dan persaingan kontrol atas arteri
energi global. Keterlibatan berbagai kekuatan dunia menjadikan konflik ini
seperti puzzle yang sengaja dirancang tidak utuh—agar tak seorang pun mampu
menyusun gambaran sebenarnya tanpa koneksi dan keberanian yang nyaris gila.
Barang siapa menguasai minyak, maka dia menguasai
keputusan.
Dan barang siapa bisa mengatur alur bantuannya, bisa pula mengatur siapa lawan,
siapa kawan.
Apakah Ini Akhir ‘Netralitas’ PBB?
Peristiwa ini—jika terbukti dengan transparansi penuh—bisa
menjadi pukulan telak bagi reputasi 'netralitas' PBB. Banyak negara berkembang
yang selama ini mengandalkan lembaga internasional untuk bantuan kemanusiaan
kini mulai mempertanyakan ke mana sesungguhnya aliran dana mereka mengalir.
Bayangkan jika ternyata proyek pertanian di Sudan atau
program air bersih di Somalia juga diam-diam mendanai kelompok bersenjata atau
skema minyak ilegal. Maka krisis bukan hanya soal perang, tetapi soal rusaknya
kepercayaan publik global terhadap sistem.
Apa yang Bisa Dilakukan Pembaca Sekarang?
🔥 Jangan jadi
penonton dalam kisah ini. Tanyakan pertanyaan yang sulit. Awasi proyek
bantuan yang ada di wilayah Anda, dan periksa apakah ada transparansi
nyata—tidak hanya dari PBB tetapi juga dari lembaga donor lokal.
👀 Ikuti
terus laporan
investigatif dari media independen terpercaya yang berani
menggali sisi gelap di balik diplomasi dan konflik.
📣 Bagikan tulisan
ini ke jaringan Anda. Memperluas diskusi adalah langkah pertama menuju
perubahan.
Penutup? Belum Saatnya.
Skandal ini masih berkembang, seperti api kecil yang bisa
berubah jadi kobaran besar. Siapa tahu esok, dokumen baru bocor dan mengguncang
lagi panggung geopolitik internasional. Satu hal yang bisa dipastikan: dunia
kini tahu lebih banyak tentang bagaimana minyak, kekuasaan, dan
diplomasi saling menyilang di lautan merah yang kini tak lagi sekadar
jalur pelayaran.
Dan di tengah kabut itu, kita semua ditantang untuk
melihat: siapa sebenarnya pencipta konflik dan siapa yang diam-diam
menuai hasilnya.
Punya pandangan berbeda? Atau mungkin informasi tambahan
dari lapangan?
Tinggalkan pendapat Anda di kolom komentar. Dunia butuh lebih banyak suara
jujur dari mata yang melihat langsung.
Jangan lupa subscribe ke newsletter kami untuk
terus menerima analisis mendalam dengan gaya tajam dan informasi yang tak
ditemukan di tempat lain. Karena dalam setiap berita besar, selalu ada cerita
yang tak dikatakan. Dan kami di sini untuk membedahnya.
Komentar
Posting Komentar